Erwin Johannes Eugen Rommel 1891 – meninggal 14 Oktober 1944 pada umur 52 tahun adalah seorang komandan pasukan Jerman pada era Perang Dunia II. Perdana Menteri Britania Raya Sir Winston Churchill,
yang waktu itu adalah musuh bebuyutan Jerman, pernah terang-terangan
memberikan salut kepada jenderal jenius ini di Parlemen. Pada akhir
hayatnya ketika ditanya mengapa dia memuji musuh, Churchil mengatakan
"Saya tidak menyesal memuji Rommel".
Saat pecah Perang Dunia I tahun 1914, Rommel tergabung dengan pasukan elit Alpen Korps dengan pangkat letnan dan bertugas di front barat: Perancis dan Rumania. Terluka sebanyak tiga kali, Rommel mendapat anugerah bintang jasa Iron Cross kelas satu dan kelas dua pada Januari 1915.Pada 1917 Rommel bertugas di front Italia,
dan usai memimpin penyerangan Monte Matajur dipromosikan sebagai
kapten. Segera sesudahnya, Rommel dan sekelompok kecil anak buahnya
merenangi Sungai Piave untuk merebut garnisun pasukan Italia di Lognaroni. Pertempuran ini menyebabkan dirinya dianugrahi bintang jasa tertinggi di Angkatan Perang Jerman, yaitu Pour le Mérite, bintang jasa yang biasanya diberikan hanya pada para jenderal. Pasukannya juga memainkan peranan penting dalam pertempuran di Caporetto, kunci kemenangan Jerman atas Angkatan Darat Italia.
Usai perang, Rommel tetap berdinas di Wehrmacht dan pada 1929 diangkat menjadi instruktur di Sekolah Infantri di Dresden. Pada Oktober 1935 dia naik pangkat menjadi letnan kolonel dan mulai mengajar di Akademi Militer Potsdam.
Sebagai guru yang luar biasa, bahan-bahan kuliah Rommel yang
bersumber dari buku hariannya selama Perang Dunia I diterbitkan sebagai
buku taktik-taktik infantri (Infanterie greift an) pada 1937. Buku ini dibaca oleh Adolf Hitler yang saking terkesannya menugaskan Rommel melatih Hitler Jügend pada tahun itu. Pada tahun 1938,
Rommel, yang sudah berpangkat kolonel, ditunjuk sebagai komandan
Akademi Perang di Wiener Neustadt. Di sekolah itu, dia menulis buku
lanjutan bukunya yang pertama (Infantry Attacks), yaitu Panzer greift an (Tank Attacks, sering diterjemahkan sebagai Tank in Attacks). Dia dipindahkan tak lama kemudian dan ditempatkan dalam batalyon pengawal pribadi Adolf Hitler (Führer-Begleitbattalion).
Pada musim gugur 1938, Hitler menunjuk Rommel untuk memimpin unit Wehrmacht yang bertugas melindungi kunjungannya ke Cekoslowakia yang baru saja dianeksasi Jerman. Menjelang invasi ke Polandia, Rommel dipromosikan sebagai Mayor Jenderal dan Komandan Führer-Begleitbattalion yang bertanggungjawab atas pengamanan markas besar bergerak Hitler selama invasi.
Tiga bulan setelah invasi Polandia, Rommel mendapat perintah mengomandoi Divisi Panzer ke-7 yang menginvasi Perancis pada Operasi Fall Gelb, Mei 1940.
Pasukannya bergerak maju lebih cepat dan lebih jauh dari
pasukan-pasukan lain dalam sejarah militer dunia dan mendapat julukan
Gespenster-Division (Divisi Hantu), saking sulitnya dideteksi
keberadaannya bahkan oleh markas besar Wehrmacht.
Divisi Panzer ke-7 merupakan unit pasukan Jerman pertama yang mencapai Selat Inggris
pada 10 Juni 1940, Lalu dia memutar ke selatan, merebut pelabuhan
penting Cherbourg pada 19 Juni, dan melaju sepanjang pesisir Perancis
hingga mencapai perbatasan Spanyol.
Selama pertempuran di Perancis tersebut, ia tidak henti-hentinya
mengalami keberhasilan. Salah satunya pada pertempuran di Arras. Rommel
memang seorang yang tahan banting. Pada fase pertama pertempuran ini,
Divisi Panzer ke-7 berhasil dipukul mundur oleh tentara Sekutu pimpinan
Mayjen Harold Franklyn, tetapi hal ini tidak berlangsung lama. Setelah
ia berhasil mengumpulkan kekuatan kembali, akhirnya ia berhasil
mengalahkan tentara sekutu pada fase kedua pertempuran.
Sebagai penghargaan, Rommel dipromosikan menjadi Jenderal dan
panglima dari 2 divisi AD Jerman yaitu Divisi Ringan ke-5 (kemudian
direorganisir dan redesain sebagai Divisi Panzer ke-21) dan Divisi
Panzer ke-15, yang dikirim ke Libya pada awal 1941 untuk menolong pasukan Italia yang menderita kekalahan besar di front Afrika Utara. Pasukannya inilah cikal bakal terbentuknya Deutsches Afrika Korps. Pasukan barunya ini berhasil memukul mundur Tentara ke-8 Inggris (British 8th Army) keluar dari Tobruk di Libya. Pasukannya merangsek terus ke Mesir tapi berhasil dipatahkan di 'Alamain. Begitu tentara Amerika Serikat mendarat di Maroko dan Aljazair, pasukannya ditarik mundur meninggalkan Tunisia. Kiprahnya di medan pertempuran di padang pasir Afrika Utara itu membuatnya dijuluki "Rubah Padang Pasir" ("The Desert Fox")
Kejeniusannya dalam taktik perang infantri, didukung kecanggihan
teknologi panser Jerman dan kedisiplinan pasukannya yang tinggi membuat
Jerman unggul. Sayang sekali, kesuksesan ini tidak terlalu mendapat
tanggapan serius dari Reichführer Hitler. Kurangnya pasokan logistik,
amunisi dan bahan bakar dikarenakan perhatian Hitler ke front Rusia dan upaya menyerbu Inggris serta adanya blokade Angkatan Laut Inggris di Laut Tengah menyebabkan pasukan Afrika Korps tidak mampu melanjutkan pertempuran dan terus mengalami kekalahan.
Rommel yang terserang infeksi saluran pernapasan ditarik pulang ke Jerman. Ada dugaan kekalahannya di El Alamein dan penarikan mundur pasukannya dari Thubruq membuat Hitler berang. Kembali ke Jerman, Rommel sempat menganggur. Akan tetapi saat serangan Sekutu
makin gencar, Rommel ditunjuk sebagai Panglima Grup B Wehrmacht, yang
bertugas mempertahankan pantai Perancis dari kemungkinan invasi Sekutu.
Di bawah komandonya termasuk barisan pertahanan Benteng Atlantik (Atlantic Wall) yang akhirnya tidak mampu menahan invasi Sekutu pada 6 Juni 1944.
Pada 17 Juli 1944, dalam perjalanan pulang dari front, mobil Rommel diberondong pesawat Spitfire Angkatan Udara Kanada.
Rommel terluka parah dan harus menjalani perawatan di rumah sakit. Pada
saat yang sama, terbongkarlah konspirasi politik yang ingin menghabisi
Hitler (Plot 20 Juli).
Keterlibatan beberapa orang dekatnya menyebabkan Rommel dicurigai
terlibat dalam upaya kudeta tersebut. Mengingat popularitas Rommel di
mata rakyat Jerman, Hitler memberinya pilihan: bunuh diri dengan menenggak sianida atau mengaku di depan pengadilan rakyat (Volksgerichtshof). Rommel memilih mengakhiri hidupnya dengan sianida pada 14 Oktober 1944 dan dimakamkan secara kebesaran militer.
Setelah usai perang, istrinya menyatakan bahwa Rommel menentang plot
tersebut karena ingin menghindari anggapan generasi penerus Jerman bahwa
Jerman kalah di Perang Dunia II karena Hitler ditikam dari belakang,
sebagaimana halnya yang terjadi pasca Perang Dunia ke-1 manakala
sebagian besar anggota Wehrmacht tidak mau menyerah begitu saja kepada
Sekutu. Rommel mengusulkan kepada kelompok Plot 20 Juli untuk menangkap
Hitler dan menyeretnya ke pengadilan rakyat. Sayangnya plot tersebut
terbongkar lebih dahulu sebelum dilaksanakan.
Buku harian Rommel lantas diterbitkan dengan judul The Rommel's Papers. Dan pada tahun 1951, sebuah perusahaan film Inggris memproduksi film berjudul The Desert Fox.
Meski sebagian besar tokoh Nazi mendapat caci-maki dan dihukum oleh
Sekutu, Rommel tetap dikenang kebesarannya dan sampai saat ini merupakan
satu-satunya tokoh Reich Ketiga yang memiliki museum mengenang dirinya dan kariernya.
Sumber : Wikipedia